Bahan Organik terdiri dari
campuran sisa tanaman dan hewan dalam berbagai tingkat proses penghancura bahan
organik, campuran dari senyawa-senyawa yang sintetis dari hasil pelapukan baik
secara kimia maupun biologi dan sisa-sisa dekomposisinya. Pada dasarnya
keberadaan bahan organik didalam tanah memberikan kontribusi terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman melalui fisika, kimia dan biologi tanah.
Pengaruh bahan organik terhadap sifat fisik tanah ditunjukan dengan terjadinya
perbaikan dan perubahan dari beberapa sifat fisik tanah , antara lain berat
volume dan daya ikat lengas tanah. Pegaruh Kimia meliputi peningkatan kapasitas
Tukar Kation (KTK), PH dan kandungan unsur hara, sedangkan pengaruh biologi
dihubungkan dengan bahan organik tersebut sebagai sumber energi dan mokrobia
tanah dalam melakukan aktivitas hidupnya. Secara garis besar pengomposan
diartikan sebagai proses perubahan limbah organik melaluikompos melalui
aktivitas biologi dibawah kondisi yang terkontrol.
Menurut Houg (1993) Pengomposan adalah
dekomposisi biologi dan stabilisasi substrak organik dibawah kondisi yang
sesuai dengan perkembangan suhu thermopilik dari hasil produk biologi, hasil
akhirnya berupa kompos yang stabil, bebas penyakit dan gulma dan dapat
memberikan keuntungan dilahan. Kecepatan dekomposisi dipegaruhi oleh banyak
faktor.
Dalam dekomposisi, dimana nutrisi dilepaskan, terjadi
ketika substrak organik kaya akan nutrisi, nisbah C/N dan C/P sangat renda.
Perbedaan formulasi bahan organik, perbedaan teknik dan lamanya pengomposan,
serta perbedaan tingkat aplikasi (teknik da perbedaan waktu), akan berpengaruh
terhadap peyebaran nutrisi dari baha organik (Melech, 1985).
Tujuan pegomposan adalah untuk memantapkan bahan
–bahan organik yag berasal dari bahan limbah, meguragi bau busuk, membunuh
organisme pathogen(penyebab penyakit), membunuh biji-biji gulma da pada
akhirnya menghasilkan pupukorganik/ kompos yang sesuai dengan taah. Pengomposan
dinyatakan selesai bila kompos dalam keadaan matang. Menurut Kurihara (1984) ,
kematanga kompos dicirikan bila kompos disimpan tidakmenimbulkan gangguan atau
jika diaplikasikan ke dalam tanah tidak menimbulkan masalah. Hsieh (1990)
mengelompokan kematangan kompos dalam tiga kategori:
1. Kompos belum matang : dalam kategori ini
bahan yang dikomposkan warna dan bentuk dari bahan asli mudah diidentifikasi.
2. Kompos matang sebagaian :dalam kategori ini
bahan yang dikomposkan berubah warna menjadi kecoklatan, tetapi masih kelihatan
bentuk aslinya dan tidak mudah dihancurkan apabila digesek-gesekan dengan jari/
tangan
3. Kompos matang : Pada kompos matang sebagaian
besar bahan yang dikomposkan berstruktur crumbel berwarna coklatr kehitaman.
Permasalahan dalam pegomposan bahan organik segar
seperti mjerami adalah nisbah jerami adalah nisbah C/N yang sangat tinggi
(lebih dari 100). Sedangkan nisbah ideal untukpengomposan adalah 30-40 (Haga,
1990).Penurunan nisbah C/N dapat dilakukan dengan penambahan unsur nitrogen
dari luar misalnya dengan penggunaan kompos matang atau dengan penambahan pupuk
kandang yang sudah terdekomposisi.
Bahan Organik yang sedang menjalani proses
penghancuran yang dilakukan oleh mikro organisme dan mengalami perubahan dari
mulai bahan segar- bahan menjadi lapuk- kompos matang - sampai dengan humus
adalah merupakan Dekomposisi. Berikut gambar yang menjelaskan proses
dekomposisi.
MODEL PENGOMPOSAN
1. MODEL LAPIS
Model lapis adalah Semua bahan organik dilakukan dengan cara ditumpuk berlapis-lapis lalu diberi aerasi dengan cerobong bambu yg sudah dilubangi untuk mengatur suhu dan ditutup dengan plastik atau karung untuk menjaga kelembaban. Untuk mempercepat pengomposan perlu dibalik tiap tiga hari sekali.
Model lapis adalah Semua bahan organik dilakukan dengan cara ditumpuk berlapis-lapis lalu diberi aerasi dengan cerobong bambu yg sudah dilubangi untuk mengatur suhu dan ditutup dengan plastik atau karung untuk menjaga kelembaban. Untuk mempercepat pengomposan perlu dibalik tiap tiga hari sekali.
Keterangan:
MOL
KOHE
MOL
SEKAM
MOL
JERAMI
MOL
KOHE
MOL
SEKAM
MOL
JERAMI
Tinggi tiapa lapisan kurang lebih masing-masing 20 cm,
kecuali MOL dan kapur.
Tinggi keseluruhan kurang lebih satu meter
Tinggi keseluruhan kurang lebih satu meter
2. MODEL CAMPUR
Model campur adalah cara pembuatan kompos dengan mencampur semua bahan organik menjadi satu, kemudian ditumpuk dan diberi aerasi untuk mengatur suhu dan ditutup dengan plastik/karung untuk menjaga kelembaban, untuk mempercepat pengomposan dibalik tiap tiga hari sekali.
Model campur adalah cara pembuatan kompos dengan mencampur semua bahan organik menjadi satu, kemudian ditumpuk dan diberi aerasi untuk mengatur suhu dan ditutup dengan plastik/karung untuk menjaga kelembaban, untuk mempercepat pengomposan dibalik tiap tiga hari sekali.
Cara pengumpulan Bahan Organik
Untuk meringankan beban petani dalam pengumpulan bahan organik, misalnya untuk satu musim tanam dibutuhkan 5000kg per hektar, petani bisa melakukan dengan cara menabung bahan organik sebanyak 5000kg : 4 bulan = 1250 kg/bulan,dalam 1 bulan 4 minggu 312,5 kg/minggu,dalam satu imggu 7 hari =45 kg/hari. Jika dalam sebuah keluarga petani ada 5 orang anggota keluarga 45 kg : 5 orang, sehingga per orang hanya cukup mengumpulkan 9 kg per orang per hari. Sehingga ketika musim tanam tiba petani sudah siap bahan organik (kompos) untuk satu hektar lahan dari proses pengumpulan B.O secara bertahap tadi.
Untuk meringankan beban petani dalam pengumpulan bahan organik, misalnya untuk satu musim tanam dibutuhkan 5000kg per hektar, petani bisa melakukan dengan cara menabung bahan organik sebanyak 5000kg : 4 bulan = 1250 kg/bulan,dalam 1 bulan 4 minggu 312,5 kg/minggu,dalam satu imggu 7 hari =45 kg/hari. Jika dalam sebuah keluarga petani ada 5 orang anggota keluarga 45 kg : 5 orang, sehingga per orang hanya cukup mengumpulkan 9 kg per orang per hari. Sehingga ketika musim tanam tiba petani sudah siap bahan organik (kompos) untuk satu hektar lahan dari proses pengumpulan B.O secara bertahap tadi.
thanks infonya. artikelnya guna banget